When Both of Us Say "Ri_Ry" 2

...>2<..

                Tubuh ringan itu di sana, di depan kaca yang setinggi dirinya, seakan si kaca mau mengambil alih tubuhya yang ringan dan bebas untuk memenjarakannya selamanya di sana. Kaca lebar itu seakan iri pada tubuh mungil itu. Dia pun meninggalkan si kaca dengan senyum puas seakan berkata ‘Aku sehat hari ini!’

**
                “Maa … berangkat dulu yaa?? Aku udah bawa bekal kok, jangan khawatir, juga kotak obat, itu yang terpenting!” serunya pada Mamanya yang sedang sarapan dengan Papanya. Sambil menghambur dan mengecup kening Mamanya dan tak lupa berpamitan pada Papanya, Ria bergegas lari ke luar untuk (membeli bakso ?~engga mungkin yah pagi-pagi beli bakso~ haha) naik sepeda kesayangannya yang sudah teronggok tak berdaya sejak lima hari lalu.
                “Oh sepedaku sayang.. Aku kangen.. !!” katanya sambil menaiki sepeda yang hitam pekat. “Oke, semua !! Aku berangkat !! Assalamu’alaikum … !!” teriaknya pada mobil yang sedang dipanasi mesinnya.

                “Wa’alaikum salaam ..” sahut kedua orangtuanya yang sedang sarapan di dapur mungil di dekat kebun belakang.
                “Pa, apa Ria kita sekolahkan di sekolah lain saja ya?” tanya Mama Ria.
                “Kenapa, Ma? Ria kelihatannya senang sekolah di sana. Banyak teman yang sayang sama dia,” jawab Papa Ria.
                “Tapi, Ria berteman sama cowok-cowok, Mama cuma khawatir..”
                “Ma, mereka semua sayang sama Ria. Papa bisa rasakan apa yang mereka rasakan,” kata Papa Ria yang sedikit menenangkan istrinya.
                “Papa Mama ngomongin apa sih? Serius amat,” sahut Nia, kakak Ria satu-satunya yang baru selesai berpakaian dan siap berangkat. “Loh, Ria mana?” tanya Kak Nia begitu menyadari Ria tidak bersama mereka.
                “Udah berangkat barusan, naik sepeda lagi,” sahut Papa Ria.
                “Oh, o iya, tadi ngomongin apa?” tanya Kak Nia lagi, kali ini sudah duduk dan mengoleskan selai nanas ke atas roti tawarnya.
                “Mama tanya, apa ga sebaiknya Ria kita pindahkan aja sekolahnya,” jawab Papanya.
                “Sebaiknya engga deh, Ria sayang banget sama temen-temennya, apalagi tim bolanya, Mama Papa liat ‘kan kemaren waktu pada ke sini jenguk Ria?” sahut Kak Nia, “Dan aku akan lebih mudah ngawasin Ria, haha, dasar pengintai! Huh!” lanjutnya.
                “Tuh ‘kan, apa Papa bilang..” sambil melirik istrinya yang cemberut kemudian berpaling ke anak sulungnya, “Kamu berangkat pagi hari ini?” tanya Papa.
                “Hehe, iya, abis kemaren pulang duluan sih.. hehe, demi adik tercinta, haha,” jelasnya.
                “Bawa motor sendiri?” tanya Mama.
                “Iya, makasih, Ma..” sahut Kak Nia sambil mencium pipi kanan Mamanya dan Papanya. “Assalamu’alaikum..” pamit Kak Nia.

**
                “Waduu .. mana belum ngerjain PR sama tugas lagi, bangun kesiangan pula! Parah loe Ry…” ucap Ryo merutuki dirinya yang bangun kesiangan. “Maa .. Ryo berangkat!” teriaknya sambil mengambil sepedanya dan langsung melesat cepat melewati pekarangan rumahnya yang cukup luas. “Harus selesai sebelum bel! Aargh !!”
                Dan saat kecepatan penuh, Ryo tersentak dengan adanya sosok mungil bersepeda dengan seragam yang sama dengannya. “Jangan nabrak, jangan nabrak,” Ryo berdo’a dan, .. BRAAAKK !!! ..

**
                “Hmm … pagi yang indah buat jiwa yang indah dan raga yang sehat, akhirnya bisa nyepeda juga. Sayangnya ga ada temen yang nyepeda sama aku, semuanya pada gengsi,” katanya pada diri sendiri. “Aku banyak kerjaan nih di kelas, harus nyalin catatan, ngumpulin tugas, nyusul praktek,.. ahh .. harus cepet sampe sekolah nih.”
                Ria mengayuh sepedanya dengan santai, sampai di belokan terakhir untuk sampai di sekolahnya .. BRAAAKK !!! ..

**
                Dua sepeda itu bertabrakan dan akhirnya kedua pengendaranya pun jatuh tertimpa masing-masing sepeda mereka.
                “Ahh .. sakit..” kata Ria merintih.
                “Aww.. salah gue..” terdengar suara cowok mengerang.
                Kayaknya pernah denger suara itu, siapa ya? Pikir Ria. Ria berdiri sebelum cowok itu berdiri. Ria dengan senyum yang tak dibuat-buat, mengulurkan tangnnya untuk menolong cowok tadi, dan, “Ry!? Maaf ya? Aku ga sengaja,” katanya meminta maaf.
                “Ri .. Aku yang minta maaf, aku buru-buru mau nyalin PR, tugas, sama catatan temen. Maaf ya?” sahut Ryo sambil menerima uluran tangan Ria, “Kamu udah masuk?” tanya Ryo setelah dia benar-benar berdiri.
                “Udah dong, mau aku sakit terus apa? Ha?” sahut Ria.
                “Ya engga dong, kamu lupa ya? Aku nantangin kamu,” kata Ryo seraya mendirikan dua sepeda yang ambruk.
                “Iya ya, hampir lupa, haha,” celetuk Ria setelah menerima sepedanya dari Ryo.
                “Oke, ayo brangkat bareng,” ajak Ryo.
                Ria diam sebentar, “Uhm, Ry, hehe, kakiku sakit, haha,” celetuknya setelah menyadari lututnya berdarah. “Kamu duluan aja, ya? Aku tuntun aja nih sepeda. Kamu buru-buru ‘kan? Duluan aja deh..”
                “Ahh .. ya udah, kalo gitu aku tuntun juga deh,” sahut Ryo. Aku ngapain sih? Gimana kalo Ardi tau? Bisa-bisa dia marah sama aku, bukan, dia akan jauhin Ria dan aku, batin Ryo berkecamuk. Terlambat untuk tidak menuntun sepeda dengan Ria, karena tepat saat Ryo mau berkata ‘Aku dipanggil temen sekelasku katanya suruh cepet,’ Ria dengan riangnya menjawab kecamukan batin Ryo.
                “Oh, oke deh kalo gitu. Ayo!” sahut Ria.
                Dan mereka pun berjalan dengan sepeda masing-masing menuju parkiran sekolah.

**
                Tanpa mereka sadari, sejak dari rumah Ria, Ardi dengan juga dengan sepedanya, mengikuti Ria.
Ardi ingin memberi kejutan untuk Ria karena selama ini Ardi ingin menemani Ria berangkat sekolah dengan bersepeda. Dan tepat saat Ardi mengayuh lebih cepat untuk membarengi Ria, saat itulah ‘mereka’ bertabrakan.
                Ardi melihat pemandangan yang sama sekali tidak ingin dilihatnya. “Harusnya gue yang bareng sama Ria, bukan LOE!” teriaknya pada dua punggung yang membelakanginya 15 meter di depan.

**
                Sesampainya di parkiran sekolah, Ria memarkir sepedanya tepat di sebelah sepeda Ryo. Lalu mereka menuju UKS untuk membersihkan luka Ria dan akhirnya masuk ke lorong kelas XI. Mereka berpisah saat Ria masuk ke kelasnya, XIA.
                Mereka berbeda kelas, tapi tetap satu jurusan. Hampir 10 jam atau mungkin lebih sekolah itu ‘mengurung’ siswanya di dalam. Sering mereka penat menghadapi ulangan, tugas dan praktek yang menumpuk setiap bulan, tapi mereka toh, harus kuat juga.
               
**
                Ardi, yang melihat sepeda Ria dan Ryo diparkir bersebelahan, langsung memindah tempat parkirnya sejauh mungkin agar tidak terlihat jika dia membawa sepeda hari itu. “Gue .. Enggak! Gue ga perlu kaya gitu! Mereka temen gue, apa salahnya mereka temenan, deket, dan.. AARGH !!” Ardi mulai merutuki dirinya sampai di depan kelas, bahkan sampai di depan Ryo.
                “Ehm .. ada apa? Pagi-pagi udah ‘nyembul-nyembul’?” tanya Ryo, perasaannya sedikit tidak enak setelah insiden tabrakan tadi.
                “Gapapa,” jawab Ardi geram.
                Hari itu tak ada yang memperhatikan Ardi. Bahkan Ryo yang sebangku pun tidak. Seharian dihabiskan Ardi di perpus, tempat paling nyaman untuk tidur.~haha :zzzz.

**
                Sampai saat bel pulang, Ryo baru mulai bercakap lagi dengan Ardi.
                “Temenin gue yuk?” ajak Ryo.
                “Kemana?” tanya Ardi ketus.
                “Harus ikut, Ok!? Sekarang,” paksa Ryo.
                Setelah berjalan menyusuri lorong kelas XI dan naik dua lantai untuk bisa sampai di lantai atas, mereka  akhirnya berhenti di depan pintu aula yang transparan. Ryo membuka pintu dan mengajak Ardi untuk masuk.
                “Ayo!”
                “Ngapain kita di sini? Mau olahraga?” tanya Ardi yang bingung setengah mati.
                ‘.. Happy birthday to you.. Happy birthday to you.. Happy birthday .. Happy birthday .. Happy birthday to you..’ terdengar sayup-sayup suara teman-temannya bernyanyi, tapi Ardi tak menyadarinya, mungkin karena sedang kesal, maka lupa alam sekitar.
                “Ryo .. loe denger ga tuh? Ada orang nyanyi-nyanyi gitu, turun yok..”
                Ryo hanya diam dan tersenyum samar. Terdengar lagi sayup-sayup sampai akhirnya pintu aula pun terbuka dan ..
                “ …. SURPRISE !!!!!!!! …. ”
                Tepung memutihkan seragam putih-biru muda mereka. Huru-hara terjadi di aula.
                “STOP !!” Ardi berteriak, “Apa-apaan nih!”
                “Ardi, maaf, tapi aku cuma mau kasih kejutan buat kamu. Aku minta maaf,” setelah mengatakan hal itu, Ria berlari keluar aula dan suasana jadi sepi mencekam.
                Ardi yang merasa menyakiti Ria pun duduk lemas di tengah aula. Satu menit kemudian tanpa suara Ria masuk kembali ke aula dengan sebuah kue ulang tahun. Si empunya ide mematikan lampu aula, Ardi tidak menyadari lampunya mati karena dia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya yang besar.
                “Ardi,” sapa seseorang dengan begitu lembutnya, membuat Ardi membuka wajahnya, dan,
BLAAKK !!! Senampan kue pun mendarat diwajahnya. “Happy birthday, ya, Kakak!”
                Ardi dengan cepat membersihkan kue yang mendarat di wajahnya. “Ria?” ucap Ardi gelagapan saat wajah Ria berada 10 cm dari wajahnya.
                Ria yang sadar wajah Ardi mulai mendekat dan mulai memonyongkan bibirnya, menjauh dan mendaratkan bibir Ardi di nampan bekas tempat kue yang mendarat di wajahnya tadi. ”Ups! Maaf,” sahut Ria dengan menutupkan telapak tangannya ke mulut.
                “Ria,”panggil Ardi.
                “Iya, Kakak?” sahutnya manja.
                “Suatu saat kamu harus bener-bener tulus cium aku, bersedia?” tanya Ardi.
                “Siap!” sahut Ria, yang membuat Ardi tersenyum.“Siaaaap..” ulangnya, “Yak!!”
                Dan Ria pun berlari diikuti arak-arakan teman yang lain. Sampai semuanya keluar dari aula dan hanya tinggal Ardi dan Ryo.
                “Ryo, makasih, ya?” ucap Ardi.
                “Buat apa?” tanya Ryo.
                “Buat bikin gue cemburu,” sahut Ardi dengan wajah masam.
                “Cemburu? Gue?” tanya Ryo, bingung.
                “Iya, tapi ternyata gue salah.”
                “Salah?” tanya Ryo, sekali lagi bingung.
                “Iya, gue kira loe nabrak dia tadi pagi ada maunya, ternyata loe sengaja bikin gue cemburu ‘kan buat ngerayain ni acara?”
                “Nabrak? Apaan?”
                “Udahlah, lupainlupain aja. Sekarang gue mau jujur sama loe. Gue suka sama Ria,” ucap Ardi mantap.
                “Ria?”
                “Gue balik dulu ya? Mau ganti seragam,” pamit Ardi. “Satu lagi. Aula ini gue kasih ke loe. Oke?”
                “Di, tung..” suara Ryo menghilang seiring menghilangnya tubuh Ardi yang pergi.
                Dia ga tau, yang tadi pagi itu murni kecelakaan, walaupun aku seneng juga bisa jalan bareng sama Ria, tapi … Aaargh !! Ria harus tahu Ardi suka sama dia, pikir Ryo.
                Ryo mulai membersihkan aula dan mendapati sebuah kalung jatuh di lantai aula yang penuh tepung. Ryo mengantongi kalung itu dengan niat ingin mencari pemiliknya dan segera mengembalikannya, tapi karena melihat keadaan aula yang kotor, Ryo pun membersihkannya sendiri.

**
                “Siaaaap.. Yak!!”
                Setelah berhasil menyelamatkan nyawa seluruh temannya dari ancaman ‘Monster’ Ardi, Ria pun duduk di bangkunya di XIA. Dia merasa sangat senang di hari pertamanya masuk sekolah setelah hampir seminggu tidak masuk. Dia ingin langsung pulang, tapi mengurungkan niatnya karena mengingat aula yang menjadi tempat perayaan ulang tahun Ardi belum dibersihkan.
                Karena haus dan ingin membawa air untuk diminum nanti setelah selesai bersih-bersih, Ria pun turun ke kantin dan membeli sebotol air mineral dan ditenggaknya habis. Dia mengambil dua botol lagi untuk dibawa ke aula.
                Ria mengambil dulu tasnya di XIA, untuk berjaga-jaga agar tasnya tidak terkunci di dalam kelas yang gelap itu. Ria merapikan semua bukunya dan mengikat tali sepatunya yang lepas.
                Kayaknya ada yang hilang, tapi apa ya?? Ah, sudahlaa, Ri. Pekerjaanmu menunggu di aula, batin Ria pada kaca kelas yang sudah retak.
                Setelah sampai di depan pintu kaca aula, Ria terkejut melihat aula yang tadinya belepotan tepung, sekarang sudah bersih.
                “Siapa yang bersihin ya?” tanyanya pada kaca pintu aula.
                “Aku!” teriak sosok manusia tinggi semampai di balik kaca buram aula.
                “Eheh, siapa ya?” tanya Ria kaget, seraya membuka pintu aula dan mendapati sosok manusia tadi tengah tidur terlentang dengan mata terpejam dan kaos putih tipis yang membalut tubuhnya.
                “Aku CAPEEEK !!!” teriak sosok yang sekarang diketahui Ria, seorang Ryo.
                “Ry? Ngapain di sini?” tanya Ria duduk di samping Ryo,  masih sedikit kaget karena teriakan Ryo.
                “Bersih-bersihlah, emang ngapain?” sahut Ryo ketus dengan mata masih terpejam.
                “Oh, aku sih tadinya juga mau bersih-bersih, eh, malah ada kamu, ya udah, makasih ya?” sahut Ria, ketus.
                “Kamu marah?” tnya Ryo, suaranya melembut.
                “Iya,” sahut Ria.
                “Minta minum dong… ada?” pinta Ryo.
                “Ada.”
                Setelah meminum air yang diberikan Ria, Ryo memejamkan matanya lagi dan Ria pun tetap duduk di samping Ryo dan malah menundukkan kepalanya diantara lutut dan lengannya.

**
                Setelah satu jam lebih, ternyata mereka tertidur. Ryo yang bangun lebih dulu, membangunkan Ria yang masih setengah tidur.
                “Ri?” panggil Ryo pelan.
                “Apa?” jawab Ria parau.
                “Kamu capek?” tanya Ryo lagi.
                Ria berdehem untuk menjernihkan suaranya, “Ga secapek kamu yang bersihin aula ini sendiri,” sahut Ria sambil berpaling ke Ryo, yang ternyata sudah duduk menghadap ke arahnya. “Ry! Bikin kaget!” teriaknya.
                “Jawab pertanyaan aku. Sejujur-jujurnya. Oke?”
                “Oke.”
                “Pertanyaan pertama,” Ryo menghela nafas panjang. “Mau pulang?”

**
Belajar lagi :) mohon kritik dan sarannya :)


Unborn 8.0 Aqua Pointer
Kejut.com
Facebook Twitter RSS