"Lo kira gue peduli?" aku masih menunduk, menghindari matanya yang terlindung kaca mata minus 1/2. "Lo boleh pergi sekarang," aku mendongak dan kehilangan sesosok makhluk kelewat tampan berkulit bersih kecoklatan yang tadi menatapku lembut. "Gue mau..." kalimatku terpotong begitu saja saat kedua lengannya melingkar di leherku.
"Lo kira gue peduli?" ucapnya lembut di telinga kiriku, dagunya diletakkan di atas lengannya yang melingkar di atas bahuku. "Sedikitpun gue gak peduli."
"Gue tau," ucapku datar setelah sesaat tadi mengatur nafasku yang sempat tercekat.
"Oh ya? Gue gak peduli."
"Gue juga."
"Dan gue gak peduli."
Aku tersenyum mendengar tiap kata yang diulangnya berkali-kali, "Ha-ha.." kupenggal tawaku menjadi dua suku kata, "Don't say 'whatever' but in fact and act," aku berhenti, mengerjapkan mataku tanda tak percaya, kaget.
Dilepaskannya lengan yang melingkar di leherku dan memindahkan tubuhnya tepat di depanku dengan satu gerakan, "You care," ucapnya setelah menggigit hidungku, dan tersenyum puas. "Kapan lo berubah?"
Aku menahan tawa, "Bhb..bhb.."
"Never!" dilepaskannya bahuku dan ditinggalkannya aku yang masih menahan tawa hingga keluar cairan bening setara larutan NaCl 0,9 N dari sudut mataku, di lobi kelas. "I should know!" teriaknya setelah berbalik dari sepuluh langkah meninggalkanku.
"Oh, boy! Sorry, I have to," aku menghampirinya dan memeluknya erat. "Gue gak peduli."
"Me too, girl," ditekannya puncak kepalaku dengan bibirnya yang tipis. "Wanna get home?" tanyanya, dan aku mengangguk.
# Ama 'Anggita Rachma' Thugtug
"Lo kira gue peduli?" ucapnya lembut di telinga kiriku, dagunya diletakkan di atas lengannya yang melingkar di atas bahuku. "Sedikitpun gue gak peduli."
"Gue tau," ucapku datar setelah sesaat tadi mengatur nafasku yang sempat tercekat.
"Oh ya? Gue gak peduli."
"Gue juga."
"Dan gue gak peduli."
Aku tersenyum mendengar tiap kata yang diulangnya berkali-kali, "Ha-ha.." kupenggal tawaku menjadi dua suku kata, "Don't say 'whatever' but in fact and act," aku berhenti, mengerjapkan mataku tanda tak percaya, kaget.
Dilepaskannya lengan yang melingkar di leherku dan memindahkan tubuhnya tepat di depanku dengan satu gerakan, "You care," ucapnya setelah menggigit hidungku, dan tersenyum puas. "Kapan lo berubah?"
Aku menahan tawa, "Bhb..bhb.."
"Never!" dilepaskannya bahuku dan ditinggalkannya aku yang masih menahan tawa hingga keluar cairan bening setara larutan NaCl 0,9 N dari sudut mataku, di lobi kelas. "I should know!" teriaknya setelah berbalik dari sepuluh langkah meninggalkanku.
"Oh, boy! Sorry, I have to," aku menghampirinya dan memeluknya erat. "Gue gak peduli."
"Me too, girl," ditekannya puncak kepalaku dengan bibirnya yang tipis. "Wanna get home?" tanyanya, dan aku mengangguk.
# Ama 'Anggita Rachma' Thugtug